Searching...
Rabu, 01 Januari 2014
1/01/2014 01:34:00 AM

Garam dan Telaga

Garam dan Telaga

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi. datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dengan mimik wajah yang ruwet. Tamu itu memang tampak seperti orang yang tidak bahagia.

Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masakahnya. Pak tua yang bijak hanya mendengarkan dengan seksama, ia lalu mengambil segenggam garam dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..”, ujar pak tua itu.

“Pahit, pahit sekali”, jawab sang tamu sambil meludah kesamping.

pak tua itu sedikit tersenyum. Lalu mengajak tamunya ini, unutk berjalan ketepi telaga didalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ketepi telaga yang tenang itu.

Pak tua itu lalu kembali menaburkan segenggam garam kedalam telaga tersebut. Dengan sepotong kayu, diaduk-aduknya air telaga itu. “Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah”. Saat tamu itu selesai meminum  air tersebut, pak tua berkata lagi “Bagaimana rasanya?”.
“Segar”, sahut tamunya. “ Apakah kamu merasakan garam didalam air itu?”Tanya pak tua lagi. “tidak” jawab sang tamu.

Dengan bijak. pak tua menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh disamping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. jumlah rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama. Tapi kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang ita miliki. kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan tersebut”.

Pak tua itu kembali member nasehat, “ Hatimu adalah wadah yang menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran”.

1 komentar:

Berkomentarlah Dengan Bahasa Yang Sopan :)

.
 
Back to top!